Beranda | Artikel
Cara Melaksanakan Shalat Qiyamul Lail
Rabu, 1 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Cara Melaksanakan Shalat Qiyamul Lail merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Syarh Bulughul Maram yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc., M.M. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 10 Dzulqo’dah 1441 H / 1 Juli 2020 M.

Kajian Hadits Tentang Cara Melaksanakan Shalat Qiyamul Lail

Kita kembali lagi mengkaji kitab mulia yang ditulis oleh ulama mulia. Yaitu Bulughul Maram karya Al-Imam Al-Allamah Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullahu Ta’ala. Kita sampai pada hadits ke-366 dari bab pertama dan 17 dari kitab shalat-shalat sunnah yang pada kesempatan ini kita sampai pada shalat sunnah tahajud yang juga memiliki nama lain shalat qiyamul lail.

Dikatakan qiyamul lail karena ini adalah shalat yang dilakukan pada waktu malam hari. Dikatakan tahajud karena dilakukan setelah tidur dan memerangi berbagai macam capek, sulitnya bangun dan yang lainnya. Dan bila dilakukan pada waktu puasa Ramadhan namanya shalat tarawih.

Di dalam pembahasan ini juga kita akan bahas sekalian shalat witir. Karena shalat witir itu bagian daripada qiyamul lail (shalat yang dilakukan pada waktu malam hari). Dan juga kita bisa katakan tahajud secara umum karena shalat malam itu dilakukan setelah tidur, namun secara spesifik namanya adalah shalat witir.

Abdullah Ibnu Umar

Hadits ini diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar. Beliau adalah rawi hadits qiyamul lail terbanyak, sepadan dengan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Hal ini karena beliau adalah orang yang dekat dengan rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau sering menyaksikan dan mendengarkan cerita bagaimana shalatnya Rasulullah dari saudaranya, Hafshah. Malah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri pernah ketika itu (Abdullah bin Umar) masih kecil, sekitar 7 tahun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menegurnya:

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ

“Sebaik-baik orang adalah Abdullah kalau dia itu mau qiyamul lail.” (HR. Bukhari Muslim)

Maka setelah itu, Abdullah Ibnu Umar tidak pernah meninggalkan qiyamul lail bahkan jarang tidur.

Ibnu Umar adalah sosok sahabat yang zuhud yang kezuhudannya beliau tidak gampang menceburkan pada hiruk-pikuk dunia, terutama politik. Makanya pada saat terjadi fitnah perang Shiffin beliau memilih uzlah (mengasingkan diri).

Lihat juga: Perang Shiffin Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib 

Beliau juga sangat ittiba’ terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau juga sangat takut di dalam mengeluarkan fatwa. Makanya ketika ada seorang yang memberikan pertanyaan atau meminta fatwa, maka Abdullah Ibnu Umar mengatakan لا أدري (Saya tidak tahu). Kemudian beliau mengatakan:

أتريدون أن تجعلوا ظهورنا لكم جسورا في جهنم

“Apakah kalian ingin menjadikan punggung-punggung kami sebagai jembatan menuju jahannam?”

Karena memang betul.

مَنْ أُفْتِيَ بِفُتْيَا بِغَيْرِ عِلْمٍ، كَانَ إِثْمُ ذَلِكَ عَلَى الَّذِي أَفْتَاهُ

“Siapa yang diberikan fatwa tanpa dasar ilmu maka dosa yang menanggung adalah yang memberikan fatwa.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Makanya Imam Malik ketika ditanya 40 soal, beliau menjawab hanya 6, selain dikembalikan. Ketika para penanya tersebut gusar: “Wahai Imam, bagaimana penduduk negeri Irak yang sekarang sedang menunggu jawaban Imam?” Apa kata Imam? ” Sampaikan kepada mereka, Imam Malik tidak tahu apa-apa.”

Itulah wara’nya, itulah zuhudnya, itulah kehati-hatian para ulama. Diantaranya adalah Abdullah Ibnu Umar.

Beliau termasuk para sahabat yang memiliki banyak sanad setelah ‘Aisyah. Beliau kurang lebih 2.000 sekian sanad hadits yang ada pada beliau. Yang disepakati oleh Bukhari Muslim ada 168, kemudian yang ada di dalam Bukhari saja kurang lebih 81, yang ada didalam Muslim kurang lebih 31. Diantaranya adalah hadits ini.

Pembahasan Hadits Qiyamul Lail

Kokteks hadits ini adalah berangkat dari seorang yang bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana cara menunaikan shalat qiyamul lail?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى

“Shalat yang dikerjakan malam hari itu dua dua.”

مَثْنَى yang pertama berarti “dua” sedangkan مَثْنَى yang kedua adalah ta’qid (penguat) bahwa cara melakukan shalat qiyamul lail adalah hanya dua. Makanya ini yang dipakai oleh Imam Malik untuk mengatakan bahwa tidak boleh dengan cara lain, harus dengan dua salam dua salam. Apalagi disana ada satu redaksi hadits yang bunyinya:

ما صلاة الليل إلا مثنى مثنى

“Tidaklah shalat malam itu hanya dilakukan dengan cara dua dua.”

Meskipun nanti jumhur ulama membantahnya bahwa perbuatan Nabi menunjukkan tidak seperti itu. Berarti di sini ada satu qarinah yang memberikan satu penguat bahwa pendapatnya Imam Malik itu lemah. Artinya cara melakukan shalat qiyamul lail hanya dengan dua salam dua salam tidak boleh dengan cara yang lain adalah suatu pendapat yang lemah.

Shalat Malam Itu Dua Dua

Ini memberikan satu pengertian bahwa shalat malam itu dua salam. Maka Abdullah Ibnu Umar sendiri memberikan satu tafsir dan penjelasan:

يُسَلِّمُ في كُلِّ رَكْعَتَيْنِ

“Salam setiap dua rakaat.”

Begitu juga ‘Aisyah ketika menjelaskan hal itu di dalam riwayat Muslim. Dan ini tidak bertentangan dengan ucapan ‘Aisyah bahwa shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu:

يُصَلِّي أَرْبَعًا ، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ

“Shalat empat rakaat, jangan kau tanyakan mana yang paling bagus dan mana yang paling panjang.” (HR. Muslim)

Maksudnya adalah tetap dua salam dua salam dan setelah mendapatkan empat rakaat beliau istirahat karena panjang dan bagusnya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya dan bagaimana kiat-kiat agar kita bisa melakukan qiyamul lail? Download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian Cara Melaksanakan Shalat Qiyamul Lail


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48654-cara-melaksanakan-shalat-qiyamul-lail/